Minggu, 18 November 2012

Titik Kritis Terapi Akupunktur

Apa yang bisa dirasakan langsung secara fisik, baik melalui tubuh maupun anggota tubuh, memang lebih mudah meninggalkan trauma. Bahkan hanya sekedar cerita, otak telah meresponnya lebih dari kenyataan yang terjadi. Begitu juga terapi akupunktur dan sejenisnya, seperti bekam ( meskipun ada jenis bekam yang menggunakan sayatan dangkal sebagai media pengeluaran darah ). Meski tidak berasal dari data statistik hasil penelitian, saya yakin prosentase masyarakat yang takut jarum lebih besar dari masyarakat yang toleran terhadap jarum.
Dari sakit sampai ngeri adalah alasan sebagian besar orang untuk menolak terapi menggunakan jarum.
Bahkan oleh mereka yang sama sekali belum pernah merasakan atau yang lebih parah, melihat sendiri bentuk dan ukuran jarum yang di gunakan. Yang ada dalam pikiran sebagian besar masyarakat, jarum yang digunakan untuk terapi tidaklah jauh berbeda, bahkan identik dengan yang di gunakan para dokter dan perawat.
Tidak dipungkiri memang, penanaman ( atau brain wash ) “takut” jarum sudah terjadi, bahkan ketika masih kanak-kanak. “Kalau tidak mau makan atau kalau nakal, nanti di suntik jarum lho !” adalah pola pembiasaan yang umum ada dalam masyarakat. Maka tidak mengherankan jika setting pola pikir semacam itu terbawa hingga dewasa. Padahal belum tentu yang di anggap menakutkan secara fisik, membahayakan juga secara akibat. Sebaliknya belum tentu pula apa yang di anggap baik, menyenangkan dan tidak menyakitkan, baik pula secara akibat. Sebagai contoh jamu. Apa sih kesan pertama kali sebelum kita konsumsi jamu ? Pahit, baunya tidak enak, adalah sebagian besar alasannya. Tapi, apakah akibatnya seburuk anggapannya ? pengalaman empiris menunjukkan, jamu telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari budaya masyarakat dalam rentang yang cukup panjang dalam memelihara kesehatan masyarakat. Sebelum pada akhirnya tergantikan oleh obat-obatan kimia. Nah untuk obat kimia itu sendiri, kita perlu bersikap kritis. Obat kimia sejauh ini menjadi pilihan ( sebagian besar ) masyarakat karena di anggap baik. Selain rasanya yang bisa di kombinasi dengan aneka rasa buah, atau bentuknya yang mudah  dikonsumsi sehingga meminimalisasikan rasa tidak enak ( pahit ), obat kimia juga ( melalui iklan bertubi-tubi ) dianggap hasil dari uji klinis, penelitian bertahun-tahun, di produksi dengan sangat higienis, di hasilkan oleh orang-orang cerdas dan untuk itu di anggap aman untuk di konsumsi. Benarkah ? meminjam pernyataan Dr Hiromi Shinya, pada buku yang di tulisnya,The Miracle of Enzyme, bahwa obat pada dasarnya adalah asing bagi tubuh, obat juga berbahaya bagi tubuh dalam jangka panjang dan masih menurut Hiromi, obat, pada tingkat yang paling mendasar, sebagian besar tidak menyembuhkan penyakit. Mengutip pendapat pakar lain, Elmer Lee, M.D., Past Vice President, Academy of Medicine, Beliau berargumen “Praktek medis tidak memiliki filosofi atau akal sehat yang patut untuk direkomendasikan. Ketika sakit, tubuh sudah penuh dengan racun. Dengan minum obat-obatan kimia, tubuh makin penuh dengan racun, sehingga membuat kondisi makin susah untuk disembuhkan.”.
Terapi menggunakan jarum ( Akupunktur ), memang telah di anggap menakutkan, namun apakah akibatnya seburuk anggapannya ? justru dibalik penusukan jarum tersimpan rahasia penyembuhannya. Secara singkat, mekanisme kerja akupunktur di tinjau secara ilmiah modern adalah; pertama penusukan jarum pada tubuh menjadi sebab di lepaskannya beberapa zat; serotonin, histamine, bradykinin, slow reacting substance. Zat-zat tersebut menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler. Dilatasi kapiler inilah yang identik dengan teori tradisional berkenaan manfaat akupunktur untuk melancarkan “ hambatan”. Kedua, dengan penusukan, menjadi sebab di lepaskannya Corticotrophin Releasing Factor (CRF) serta lain-lain “releasing factors” oleh hipofise (adeno hipofise ). CRF selanjutnya berturut-turut menyebabkan terbentuknya Adenocorticotrophin hormone, corticotrophin, dan corticosteroid. Corticosteroid memiliki efek anti peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel. Di samping itu juga menjaga keseimbangan fisiologik tubuh dalam keadaan sehat maupun stress. 
Toh sebenarnya, penusukan dalam terapi akupunktur, pada dasarnya tidak sesakit seperti apa yang di bayangkan. Selain karena ada jenis jarum yang dengan jelas mencantumkan jaminan "Patient Friendly Needle" sehingga meminimalisasikan efek nyeri saat penusukan, keterampilan terapis dalam teknik penusukan membuat pasien merasa sangat nyaman selama proses terapi. Dan pengalaman klinik sejauh ini membuktikan pernyataan tersebut. So, masih berfikir dua kali untuk terapi akupunktur atau masih nyaman dengan menggunakan obat kimia ? Di tangan Anda semua keputusan ! Salam Sehat !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar