Kamis, 29 November 2012

Akupuntur Dalam Persalinan

Menginjak kehamilan usia 6 bulan anak kedua, istriku menanyakan sesuatu yang ujung-ujungnya membuat saya harus sport jantung ? sederhana sebenarnya, istriku hanya tanya, apakah tahu istilah gentle birth ? jujur saya jawab tidak. Cerita berlanjut, istriku menyodorkan artikel di koran tentang gentle birth. Lalu saya baca. Selesai baca, istriku mengatakan kalau Ia ingin melakukan gentle birth untuk anak keduanya. Datar, tapi mantap !
Istriku berargumen, Ia trauma dengan kelahiran di Rumah Sakit. Bahkan sampai anak pertama kami berusia 3 tahun, Ia masih trauma. Jujur saja, pada saat itu saya di hadapkan pada pilihan sangat sulit, di satu sisi, sebagai pekerja di rumah sakit, tentu persalinan istri akan di tanggung rumahsakit alias tanpa biaya, pun persalinan di bantu tenaga berpengalaman. Paling tidak, hal itu sudah membuat saya tenang, dan tentu pihak keluarga istri. Namun disisi lain, persalinan adalah menyangkut sepenuhnya pihak wanita sebagai subyek, tentu Ia yang paling berhak menentukan, sementara Sang Suami hanya bisa mensupport. Terlebih, ada trauma Istri yang mestinya tidak boleh terulang. Menyanggupi permintaan istri adalah kewajiban, namun di sisi lain, bayangan resiko kelahiran membayang jelas. Belum lagi membayangkan respon keluarga nantinya jika terjadi apa-apa. Namun melihat kesungguhan Istri, saya menyanggupinya. Secara singkat gentle birth adalah proses kelahiran primitif, dimana secara naluri, seorang wanita sebenarnya memiliki intuisi untuk melahirkan anaknya sendiri, tanpa campur tangan orang lain, apalagi tenaga medis dan segenap perangkat Rumah Sakit.
Masa penantian menuju Hari Perkiraan Lahir ( HPL ) anak kami, saya dan istri gunakan untuk hunting semua ilmu tentang gentle birth. Menariknya, semua seperti sudah menjadi garis ketetapan, saya begitu mudah menemukan literatur mengenai gentle birth. Permasalahan tidak berhenti di situ. Kami belum menemukan bidan pendamping, paling tidak sebagai pencatat kelahiran, kalau-kalau sulit mencari bidan yang paham ilmu gentle birth. Benar saja, saya kontak temen-temen bidan, tidak satupun yang paham apa itu gentle birth. padahal HPL satu setengah bulan lagi. Saya sudah sepakat dengan istri, ada atau tanpa bidan, kelahiran metode gentle birth harus tetap di laksanakan. 
Tapi sekali lagi, seperti sudah menjadi ketetapan, berawal dari iseng  melakukan USG (karena saya tidak pernah melakukan USG sebelumnya kepada anak pertama saya) untuk mengetahui posisi / letak bayi, saya bertemu bidan, yang walaupun tidak paham, bahkan belum dengar tentang gentle birth, Ia mau belajar dan bersedia membatu persalinan anak saya dengan metode gentle birth. Selama satu setengah bulan itulah Beliau belajar tentang gentle birth, melalui buku dan artike-artikel dari internet yang saya berikan. Waktu satu setengah bulan jelas tidak cukup untuk mempelajari suatu hal yang baru, namun paling tidak beliau sepaham dengan kami.
Meski dengan bayangan resiko dan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi pada persalinan gentle birth ( karena saya bukan Bidan dan belum pernah menolong kelahiran sebelumnya ), mengapa saya mengiyakan keinginan istri, itu karena gentle birth memasukkan ilmu akupunktur, yaitu akupresur, sebagai satu dari beberapa cara dalam membantu persalinan. Tidak ada salahnya untuk mempraktekkan ilmu yang di punya. Dituliskan di buku gentle birth, keuntungan akupresur sebelum dan selama persalinan adalah :
  • Merangsang persalinan normal
  • Mengurangi rasa sakit selama persalinan
  • Memperkuat kontraksi
  • Membantu dilatasi serviks ( pembukaan)
  • Membantu ibu hamil tetap tenang dan rileks
  • Mempercepat penurunan janin menuju pengeluaran
  • Menghentikan mual dan muntah
Tidak hanya itu, menurut Michael Reed Gach, akupresur selama masa kehamilan, selain mengurangi ketidaknyamanan yang di alami ibu bersalin, juga memicu dan merangsang pengeluaran hormon oksitosin sehingga merangsang terjadinya kontraksi maupun persalinan (induksi secara alami ).
Hari H tiba. Semua pikiran berkecamuk di kepala. Namun melihat ketenangan istri, saya juga ikut tenang. Selama proses menunggu keluarnya sang bayi, istri pergunakan untuk membaca buku gentle birth, saya sendiri membaca buku Akupunktur. Sesekali saya lakukan akupresur, terutama saat terjadi kontraksi. Semakin sering kontraksi maka akan semakin sering pula saya lakukan akupresur. Sampai kemudian anak kedua saya lahir tepat pukul 02.05, tanggal 25 Januari 2012........Alhamdulillah, segala puji syukur Kami panjatkan kepada Sang Pemberi Hidup dan Kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar