Sabtu, 17 November 2012

Sun Simiao, menekankan keterampilam medis yang di dukung ketulusan hati.

Sun Simiao adalah seorang tabib terkenal selama Dinasti Sui Tang. Ia anak yang penyakitan, tapi bisa hidup sampai usia 101 tahun. Sun Simiao mempraktikkan pengobatan lebih dari 80 tahun dan di sebut Raja Obat.
Sun Simiao sering memetik obat di Gunung Wutai, yang kemudian dikenal sebagai Gunung Raja Obat. Disana bahkan ada Kuil Raja Obat dan di berikan persembahan pada patungnya.
Prescriptions Worth  A Thousand Gold for Emergencies ( Resep Berharga Seribu Emas untuk Keadaan Darurat ) 30 Volume dan Supplement to the Prescriptions Worth A Thousand Gold (Tambahan pada Resep Berharga Seribu emas) 30 volume adalah diantara karya terkenalnya. Judul pertama meliputi topic seperti obstetric, ginekologi dan pediatric dengan pengetahuan dan pengalamnnya, cara membuang racun, terapi diet darurat, menjaga kesehatan, mengambil denyut, akupunktur moksibasi dan lainnya. Buku ini disebut ensikopledia medis China pertama. Disini juga diperkenalkan resep gabungan, yang menggabungkan dua atau tiga resep klasik untuk meningkatkan kemanjurannya, dan menyederhanakan resep klasik untuk mengobati penyakit khusus.
Sun Simiao menjadi pendahulu studi tentang obstretri dan ginekologi. Dalam Prescriptions Worth A Thousand Gold for Emergencies ( Resep Berharga Seribu Emas untuk Keadaan Darurat ), ia menekankan ginekologi dan pediatric. Ia juga menemukan cara efektif untuk mengobati kekakuan tungkai bawah, 1000 tahun sebelum dokter Eropa mulai mempelajari pengobatan penyakit ini ( tahun 1642 ). Ia juga memulai pengobatan penyakit gondok local dengan menggunakan kelnjar tiroid kambing. Penggunaan hati hewan untuk mengobati buta senja juga merupakan salah satu dari banyak terobosan pengobatannya.
Sun Simiao sangat menekankan pentingnya pemeliharaan etika medis. Ia percaya bahwa keterampilan medis yang hebat harus dsertai dengan ketulusan hati. Motonya : “ambil tindakan tegas dengan pemikiran cermat, luwes dalam menyesuaikan pengobatan, tapi tidak boleh subjektif dalam penilaian.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar