Minggu, 09 Desember 2012

Karena Kematian Adalah Rahasi


Sepertinya baru kemarin ;
orang lain gembira ketika kita menangis
Sepertinya baru kemarin
Kita terjatuh-jatuh, sampai tak terasa kita telah berlari sederas kijang
Sepertinya baru kemarin
Kita hanya mampu menangis dan ah ih uh, sampai tak terasa kita telah pandai berdiplomasi
Sepertinya baru kemarin....


Ahh..jangan terus bicara " sepertinya baru kemarin"
Pandanglah waktu bukan dari sudut pndang kita
Dunia dan alam raya, Bagi-Nya hanya maket yang dijajar pada selembar kertas A4
seribu tahun bagi-Nya tak lebih dari satu hari
usia manusia bagi-Nya tak ada setengah hari

lalu untuk apa kita berbangga
lalu membusung dada

Hari ketika daun bertulis nama kita,
pada sebuah pohon disebuah tempat bernama Lauhul Mahfuz
kering, kuning lalu luruh...

Hari ketika ;
orang lain berganti menangis pada waktu kita gembira
Hari ketika
kita jatuh dan tak mampu bangkit lagi
hari ketika
tak ada diplomasi yang tidak selaras dengan anggota gerak kita
hari ketika...

Ahh..jangan terus bicara " hari ketika..."
karena pasti kita bersua
bicaralah tentang persiapan kita
Tengoklah bekal kita
sudahkah menggembirakan dalam perjumpaan dengan-Nya

Karena kematian adalah rahasia....

Selamat jalan sahabat,
tak lama lagi semua akan menyusul
jika engkau sudah di tempat terindah yang Dijanjikan-Nya
bantu kami menemukan jalan
agar kita bersua kembali
dalam kebahagiaan abadi.......





Catatan :
puisi ini untuk pertama kali saya tulis ketika mengenang meninggalnya seorang sahabat yang begitu mendadak karena kecelakaan.
Namun, ini juga untuk mengenang meninggalnya keponakanku, juga yang tidak di sangka-sangka. Dia, meninggal pada usia 10 tahun karena kelelahan kronis, keponakanku yang lucu pandai dan pantang menyerah. Untuk keponakanku, Lutfiyan Auliyat Ariandika, Semoga Allah menerima amal ibadahmu, dan ditempatkan di tempat yang paling indah di sisi-Nya. Amiin  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar