Bumiku semakin rapuh
Tuan tuan kaya mengambil penopangnya begitu rakus
Yang bumi dapatkan hanya sampah, racun dan limbah
Bumiku hitam, keriput dan hancur
Diatasnya, tuan-tuan kaya berpesta gila
Bumi hanya meratap, seperti ratapan orang-orang miskin
yang kalah dan terpental dari roda pergulatan
bukan karena mereka lemah, bukan karena bodoh
hanya, mereka tak diberi kesempatan, tak di beri peluang
Langit diatas bumi turut menghitam
tarian buruk gagak menjadi penghias
mata mereka nyalang, melihat tulang-tulang rusuk bertonjolan
melihat aroma kematian yang tak akan lama lagi
membayangkan hamparan daging tak bertuan
Sementara, ketimpangan itu tak berarti bagi
Manusia manusia suci sibuk mengurusi diri sendiri
Tenggelam dalam zikir-zikir tak berarti
ketika ia berbicara, yang keluar hanya ocehan teori
Tahulah kini, mereka enggan merepoti diri
Ah..Bumi, sampai kapan engaku kuat menyaksikan itu semua
Tidakkah lebih baik, kau hancurkan dirimu
Agar ketimpanngan di atasmu lebur, hancur dan sirna
seiring puing-puingmu yang rontok menjadi debu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar