Selasa, 06 November 2012

Mengenal Akupunktur

Akupunktur (Acupuncture) berasal dari kata acus yang berarti jarum dan punktura yang berarti penusukan. Jadi secara harfiah, akupunktur adalah metode pengobatan dengan menusukkan jarum di titik titik tertentu di bagian tubuh pasien. Perlu sidang pembaca ketahui, jarum yang dipakai bukanlah seperti jarum yang di gunakan dokter ( atau perawat ) untuk memasukkan cairan obat, baik secara intravena (IV) maupun intramuskular (IM). Kalau jarum seperti itu yang digunakan, bisa-bisa semua pasien lari. 
Jarum yang digunakan sangat tipis. Bahkan saya sering menjelaskan kepada pasien saya, besarnya tidak lebih besar dari sehelai rambut. Terlebih sekarang, ada jenis jarum yang memiliki keistimewaan untuk meminimalisasikan rasa sakit ketika ditusukkan.
Awal saya berkenalan dan tertarik dengan ilmu akupunktur ini terjadi pada tahun 2003 akhir. Ketika itu saya bekerja di sebuah rumah sakit umum yang memiliki layanan terapi Akupunktur. Saya menyaksikan sendiri bagaimana sebuah terapi dengan tusukan jarum, ternyata mampu menolong seseorang terbebas dari penyakitnya. Bahkan ( maaf tidak bermaksud mengkerdilkan pihak tertentu ) pasien yang sudah putus asa ditangani oleh dokter dan rumah sakit. Selama setahun saya menjadi asisten sukarelawan, saya menemukan kenyataan menakjubkan, bahwa dari total kunjungan pasien rawat jalan tidak kurang dari 80 pasien perhari, hampir 80 % pasien menginginkan terapi layanan akupunktur. Tapi memang, dibalik kelebihan selalu tersimpan kekurangan, sebagai lawan dari suatu kondisi. Begitu juga akupunktur, memang tidak semua pasien selalu sembuh dengan metode ini. Selama saya menjadi asisten lalu belajar formal dan berpraktek, ada beberapa kesimpulan mengapa terapi akupunktur gagal menangai keluhan pasien. Hal ini akan saya tuliskan pada artikel terpisah.
Bermula dari menjadi asisten itulah, saya mulai mempelajari dasar teori akupunktur. Kebetulan, praktisi akupunktur di rumah sakit saya begitu welcome mengajarkan ilmunya secara cuma-cuma. Alhasil, saya jadi asisten sekaligus bisa praktek langsung ilmu yang di dapat. Tentu dengan masih dibawah pengawasan dan bimbingan mentor saya.
Ketertarikan saya memang tidak hanya di dorong oleh kenyataan yang saya lihat, namun juga pengalaman yang saya alami sendiri. Suatu saat pada pertengahan tahun 2004, saya menderita batuk. Namun tidak sebagaimana biasanya, batuk ini sudah berlangsung hampir satu bulan. Berobat dokter sudah, fisioterapi juga sudah. Akhirnya, mengikuti saran praktisi akupunktur, saya mencoba terapi moksa, suatu terapi yang menjadi bagian tak terpisahkan dari akupunktur. Tak dinyana, tidak ada 1 minggu, batuk saya sembuh.
Lalu, bagaimana cara kerja akupunktur dalam menyembuhkan penyakit ? Saya akan bahas pada artikel saya selanjutnya. Salam sehat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar